Indonesia Juga Bisa Menjadi Hollywood

Hari ini adalah hari ke-3 Ujian Praktik Sekolah dengan jadwal Bahasa Indonesia. Materi yang diujiin di Ujian Praktik Bahasa Indonesia ini adalah membaca pidato di didepan kelas. Dari ke-4 tema yang udah dikasih sama wali kelasku kemaren, ternyata dari pihak penilai yang tiba-tiba berubah wujud jadi guru Bahasa Indonesia laki-laki yang nggak ngajar kelasku ngubah semua tema pidato. dadakan ! katanya beliau bosen -_________- gampang sekaleee ya?. tapi beliau nggak nuntun buat sepenuhnya diganti. yang pengen diganti ya bikin lagi, kalo nggak nggak mau ganti yaudah pake yang udah dibikin di rumah. Aku? jujur aku juga setuju sama pendapat beliau, aku juga bosen sama tema yang itu-itu aja dan nggak banget buat dibahas di depan kelas. aku jamin temen-temen pasti bakal bosen. jadi I decided to change the theme :)

dan ini sedikit dari pidato ku tadi siang. aku puas bisa menyampaikan aspirasi lewat pidato, dan ternyata bikin pidato nggak jauh beda kayak nge-blog hehe cuma bedanya nggak ada sambutan dan penutup formal yang biasanya dipake di pidato


Selamat siang,
Assalamu'alaikum Wr.Wb

Yang terhormat Bapak Guru Penilai,
beserta teman-teman yang saya sayangi.


Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kita dapat berkumpul di sini dengan keadaan sehat wal'afiat tanpa kurang satu apapun.

Teman-teman yang saya sayangi, pertama yang ingin saya tanyakan adalah, apa film favorit yang sering kalian tonton? seperti yang telah kita ketahui, dunia perfilman di Indonesia mulai muncul kemabali setelah debut film "Petualangan Sherina" garapan sutradara Riri Riza yang sukses menarik perhatian masyarakat dan sempat bertahan di bioskop-bioskop selama berminggu-minggu. Disusul kemudian dengan film "Ada Apa Dengan Cinta" yang disutradarai oleh Rudi Sudjarwo yang saat itu juga banyak digandrungi remaja pada era tahun 2000-an. Dunia perfilman di Indonesia mulai bangkit kembali dengan semakin banyaknya film-film berkualitas garapan sutradara profesional seperti lihat saja film "Ayat-Ayat Cinta" garapan Hanung Bramantyo, "Get Merried", "Laskar Pelangi", dan masih banyak lagi. Semakin banyaknya film yang beredar di pasaran tidak dipungkiri akan semakin banyak pula para pencinta sinematografi untuk mencoba ikut membuat film, baik film indie yang dibiayai oleh diri sendiri sampai film ber-budget besar yang membutuhkan banyak kru dan dana. Karena semakin banyaknya para sineas muda yang tertarik di bidang perfilman, suatu brand produk pernha mengadakan festival film indie sebagai salah satu wadah untuk menampung para sineas muda untuk membuat film yang berkualitas dan bermutu serta berniali jual tinggi. Selain karena hobi, pembutan film ternyata juga bisa menambah pundi-pundi ekonomi baik bagi pemain, kru, sutradara, maupun pihak-pihak lain yang terlibat dalam pembuatan film. Apalagi jika film tersebut terjual diluar target pemasaran, tentu untungnya akan berlipat ganda. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bagi para sutradara dan produser dadakan untuk mencoba proyek yang cukup menjanjiakan ini. Namun bagaimana hasil karya dari sebuah film yang dibuat tidak berdasarkan hobi dari dalam hati? seperti film-film yang baru-baru ini muncul di papan iklan bioskop yang hanya bertahan beberapa minggu bahkan hanya bertahan beberapa hari saja?

Sungguh disayangkan, perkembangan film dewasa ini mengalami penurunan pada segi kualitas dan mutu. Film yang dibuat 'seadanya' dan hanya dibuat untuk meraup keuntungan dan ketenaran sesaat, kemudian dilupakan. Yang paling membuat saya prihatin dan malas menonton film buatan negeri sendiri adalah genre dan judul yang disajikan benar-benar tidak relevan, atau judul yang aneh dengan nama yang tidak masuk akal. Contohnya film "Suster Ngesot Kayang". Judul yang tidak masuk akal, dan kadang pemain yang tampil terkesan amatiran, memamerkan kemolekan tubuh. Bahkan bisa saya katakan film Indonesia semacam itu adalah film semi porno yang dikemas dengan embel-embel "film bioskop". Padahal film-film yang seperti saya contohkan di atas sering menimbulkan pro dan kontra baik dari para penonton, rumah produksi pembuatan film, sampai pencekalan oleh Lembaga Sensor Film Indonesia karena film yang akan diedarkan tidak lulus sensor yang tentu saja menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.

Bagian terpenting dari suatu film adalah, amanat yang bisa kita ambil di akhir cerita. Namun apa yang bisa kita ambil dan kita ingat, jika selama menonton film kita hanya disuguhi tubuh-tubuh perempuan, tanpa diselipi amanat-amanat yang berarti? sungguh bagi saya adalah hal yang sangat disayangkan menghabiskan rupiah dan waktu saya hanya untuk menonton film tersebut.

Sepertinya Indonesia harus banyak belajar banyak dari negara-negara lain untuk membuat film yang baik dan bermutu. Hollywood salaha satunya. Raja dunia perfilman hampir semuanya ada di sana. Mulai dari pemain yang profesional, rumah produksi film yang terkenal, alur cerita yang kompleks, teknik perfilman yang moderen, animasi tingkat tinggi, dan lain sebagainya. Film-film yang berkembang di luar negeri tidak tehitung lagi jumlahnya, ambil saja beberapa contohnya Matrix, Superman, Alice In Wonderland, Pirates of Caribbean, Harry Potter, Lord of the Rings dan masih banyak lagi.

Jadi yang perlu saya sampaikan disini untuk teman-teman yang saya sayangi, tontonlah film yang bermutu dan bermanfaat bagi kalian. Mari kita bangun kembali insan perfilman Indonesia, karena saya yakin Indonesia memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan. Teruskan usaha yang telah kembali dibangun oleh film "Petualangan Sherina" dan "Ada Apa Dengan Cinta" yang sangat terkenal di eranya. Buatlah film-film berkualitas dan bawalah ke mata dunia. Kembangkanlah karena yakin kita bisa, membuat perfilman Indonesia Menjadi Hollywood.

Sekian pidato yang saya sampaikan, mohon maaf apabila ada salah kata yang tidak berkenan di hati teman-teman. Atas perhatian yang telah teman-teman berikan, saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu'alaikum Wr.Wb



*Judul film "Suster Ngesot Kayang" nggak bener-bener ada loooh, aku cuma bikin contoh kecil sebagai cermin-cermin film horor masa kini :p. do not be offense ya

Comments

Popular Posts